Menjelaskan tentang argumentasi Imam al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dan premis-premisnya Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Imam Al-Ghazali dan Argumentasi Kosmologi tentang Tuhan Jumal Ahmad1 1. Mahasiswa Pemikiran Al-Ghazali dan Syed Al-Attas, At-Taqwa College, Depok E-mail ahmadbinhanbal Sejarah pemikiran merupakan hikmah. Layak diketengahkan kepada generasi masa kini agar bisa memahami peristiwa besar dalam dunia pemikiran dan perubahannya sepanjang zaman. Secara garis besar, wacana filsafat menelaah tentang hakikat Tuhan yang dibuktikan melalui argumentasi, salah satu argumentasi tersebut adalah argumentasi kosmologi. Kosmologi adalah teori tentang asal usul alam semesta. Dalam Islam, teori ini merupakan salah satu pembahasan penting yang memiliki konsekuensi teologis dan berimplikasi tauhid. Argumen kosmologis adalah sebuah tipe argumen formal untuk menyimpulkan atau membuktikaan keberadaan Tuhan berdasarkan fakta-fakta atau klaim-klaim yang dianggap benar mengenai alam semesta. Situasi masa Imam Al-Ghazali barangkali ada kesamaan dengan situasi masa modern Barat saat ini. Sifat materialistik dan ateis adalah ciri khusus masa modern. Lebih percaya pada atom daripada ayat-ayat Injil. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz min Al-Dhalal membagi kaum filosof ke dalam tiga golongan Pertama adalah Al-Dahriyyun kaum ateis yang mempunyai asumsi bahwa alam semesta ada dengan sendirinya tanpa pencipta. Landasan pandangan mereka dari dulu sampai sekarang berasumsi bahwa hewan berasal dari sperma. Golongan ini termasuk orang-orang zindiq. Kedua adalah Al-Thabiyyun yaitu mereka yang memperbanyak observasi mengenai alam semesta, dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setelah mereka menemukan keteraturan dan keajaiban dalam tubuh hewan, mereka malah ingkar adanya hari kebangkitan, padang mahsyar, surga dan neraka. Golongan ini menurut Al-Ghazali juga termasuk orang-orang zindiq. Ketga adalah Ilahiyyun golongan pada filosof Yunani seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, menurut Al-Ghazali mereka wajib dikafirkan, termasuk para filosof muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi. Imam Al-Ghazali bukan tidak setuju dengan sains, melainkan tidak setuju dengan sikap para filosof yang ateis dan materialis, berusaha membunag jauh Allah SWT dalam pembahasan ilmiah. Di bukunya, Tahafut Falasifah’, Al-Ghazali menyebut tiga poin doktrin filusuf dalam bukunya yang berimplikasi kufur. a Pengingkaran terhadap kebangkitan jasad pada hari kiamat. b Tuhan tidak mengetahui perkara-perkara detil. c Keyakinan mereka bahwa alam ini kekal, tanpa awal atau akhir. Al-Ghazali mematahkan pendapat ahli filsafat yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki masa lalu yang tak terbatas yang tak bermula. Al-Ghazali tak sependapat dengan argumen itu dan menawarkan alasan logis untuk menjungkirbalikkan argumen infinite past. Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki awal. Argumen Al-Ghazali tentang Adanya Tuhan Sebagian orang ketika ditanya apa bukti adanya Tuhan, akan menjawab adanya kita dan adanya alam semesta menunjukkan adanya Tuhan. Bagaimana membuktikan adanya Tuhan secara rasional? Apa bukti Tuhan itu ada? Al-Ghazali menjawab pertanyaan keesan Tuhan dalam kitabnya Al-Iqtishad fil I'tiqad’ Imam Al-Ghazali berusaha menjelaskan secara logis sebagai berikut. Keesaan dan kesucian Allah SWT Pemuktiannya Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya, alam semesta ada awalnya, maka semesta ada penyebabnya. Yang kami maksud dengan 'Alam' adalah setiap wujud selain Tuhan yang paling tinggi. Dan 'setiap wujud selain Tuhan yang maha tinggi', yang kami maksud adalah semua benda dan sifat-sifatnya. Penjelasan rincinya sebagai berikut Sesuatu itu ada tidak mungkin diragukan. Setiap wujud bisa menempati ruang atau tidak menempati ruang. Sesuatu yang menempati ruang tetapi tidak memiliki kombinasi kita sebut zat tunggal atom, jika memiliki kombinasi kita sebut jism Sesuatu yang tidak menempati ruang, dan membutuhkan tempat kita sebut accident; dan sesuatu yang ada tapi tidak bertempat, itulah Tuhan Keterangan di atas menegaskan pendapat Al-Ghazali bahwa Tuhan adalah penyebab penciptaan dari yang tiada menjadi ada. Al-Ghazali berargumen bahwa semua yang ada selain Tuhan membutuhkan tubuh dan accident. Hal ini dijelaskan lebih jauh menggunakan klasifikasi eksistensi dalam empat kategori. Sesuatu yang ada pasti menempati ruang mutahayyiz atau tidak menempati ruang ghairu mutahayyiz. Sesuatu yang menempati ruang mutahayyiz bisa dibagi mutahayyiz wa i'tilaf atau tidak bisa dibagi mutahayyiz wa ghairu i'tilaf. Sesuatu yang tidak menempati ruang ghairu mutahayyiz bisa dengan tubuh ghairu mutahayyiz bil jism atau tanpa tubuh ghairu mutahayyiz bidunil jism. Dari kategorisasi di atas, Al-Ghazali dengan jelas memisahkan keberadaan Tuhan dari keberadaan yang lainnya. Tuhan bukan zat, substansi atau accident. Zat dan substansi menurut Al-Ghazali dapat dirasa dengan indera, ini tidak terjadi dengan keberadaan Tuhan, karena keberadaan Tuhan dapat dirasakan dengan bukti bukan persepsi. Adanya Tuhan hanya dapat diketahui melalui keberadaan alam semesta sebagai produk kekuasaan-Nya. Hal ini kemudian mengarah pada premis fundamental Al-Ghazali bahwa semua yang ada selain Tuhan adalam temporal, dan setiap makhluk temporal memiliki sebab. Al-Iqtishad fil I'tiqad halaman 24’ Argumen Al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dijelaskan dalam bentuk silogisme dengan tiga premis 1. Premis 1 Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya 2. Premis 2 Alam semesta ada awalnya 3. Kesimpulan Maka semesta ada penyebabnya. Argumen ini sangat sederhana, mudah dihafal dan sangat logis. Jika kedua premis itu benar, maka kesimpulannya harus benar. Premis 1 Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya Hukum sebab akibat bisa kita rasakan secara intuisu. Contoh, siaran Televisi yang sering kita lihat memili awal dari perusahaan Televisi. Kita juga tidak ada 100 tahun yang lalu, penyebab kita ada karena orang tua, jadi kita adalah akibat dari orangtua. Jadi, faka dalam hukum sebab akibat bahwa apapun yang memiliki awal adalah sesuatu yang secara konsisten terverivikasi dengan eksperimen tersebut dan tidak pernah salah. Premis 2 Alam semesta ada awalnya Kita tahu dari pembelajaran tentang awal permulaan struktur awal mula kemunculan alam semesta, bahwa alam semesta memiliki awal dengan model standar Big Bang. Menurut model Big Bang, waktu, ruang dan materi semuanya mulai ada sejak 13,7 Miliyar tahun yang lalu. Model ini banyak dipilih ahli fisika dan kosmologi secara aktual sebagai model permulaan alam semesta. Dari pernyataan P1 dan P2, menghasilkan kesimpulan K secara logis bahwa alam semesta ada penyebabnya. Menggunakan konsep analisis terhadap penyebabnya, kita akan menemukan sifat-sifat Tuhan dari konsep moteistik yaitu • Tunggal Esa. Alam semesta ini eksis, dan faktanya sangat eksis yang mana penyebab pertama adalah yang tak memiliki sebab uncaused yaitu Tuhan. • Timeless. Alasan kenapa timeless? karena waktu mulai ada pada masa saat momen 'Big Bang'. • Spaceless tak berjarak. Tak terikat ruang dan waktu, ruang juga mulai ada saat momen 'Big Bang'. • Dan Immaterial tak terikat materi. karena tanpa waktu dan ruang, kita tidak bisa memiliki benda. Dengan susunan silogisme seperti ini tidak bisa muncul pertanyaan siapa pencipta tuhan karena tuhan yang menyebabkan alam semesta ini tidak memiliki awal. Tuhan haruslah azali tidak berawal dan berakhir. Revitalisasi Argumen Kosmologis dari William Lane Craig Argumen Kosmologis Kalam dari Al-Ghazali direvitalisasi pada abad 21 ini oleh teolog Kristen bernama William Lane Craig, yang membuat Argumen kosmoligis kalam menjadi sounding lagi. Craig menyetujui bahwa alam semesta memiliki permulaan dengan mengutip bukti silogisme dari Imam Al-Ghazali, bahwa ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mustahil. Anda lihat, jika ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mungkin, dan jumlah hal-hal nyata yang tidak terbatas ada, maka orang dapat berargumen bahwa hal-hal itu memiliki sebab dan akibat yang tidak terbatas. Argumen Imam Al-Ghazali sebagai berikut 1. Apapun yang mulai ada memiliki penyebab. 2. Alam semesta mulai ada. 3. Oleh karena itu, alam semesta memiliki penyebab. Craig menambahkan kesimpulan lebih lanjut berdsarkan analisis tentang apa yang menyebabkan alam semesta, sebagai berikut 4. Alam semesta memiliki penyebab. 5. Jika alam semesta memiliki sebab, maka Pencipta alam semesta yang tidak memiliki sebab dan pribadi ada, yang tanpa alam semesta tidak berawal, tidak berubah, tidak bermateri, tanpa batas waktu, tanpa ruang dan sangat kuat. 6. Oleh karena itu, ada Pencipta pribadi yang tidak ada penyebabnya dari alam semesta, yang tanpa sebab alam semesta tidak berawal, tidak berubah, tidak berwujud, tanpa batas waktu, tidak memiliki ruang dan berkuasa tanpa batas. Kosmologi adalah Keindahan, Bukti Keberadaan Tuhan Logika, astronomi, dan fisika menegaskan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sebelum kejadian dentuman besar atau yang dikenal sebagai Big Bang, sama sekali tidak ada apa-apa. Tidak ada energi, waktu dan ruang. Lalu muncul alam ada materi yang bisa mewujudkannya karena materi belum ada. Hanya sesuatu yang non-materi dan tidak bergantung pada waktu, ruang, materi, sebab & akibat, yang membuat semua ini ada. Kekuatan eksternal yang membuatnya ada harus bersifat pribadi. Dengan kata lain, ia harus hidup, sadar diri, dan “memilih” untuk membuat alam semesta sebagaimana adanya, dengan hukum alam yang tepat. Sesuatu yang non-materi yang tidak pribadi itulah yang kita sebut sebagai ide abstrak. Ide-ide abstrak tidak memiliki kemauan atau kekuatan. Mereka bahkan tidak memiliki kehidupan, jadi mereka tidak dapat menciptakan kehidupan. Inilah yang kita sebut kosmologi, yaitu menarik kesimpulan logis tentang keberadaan kita berdasarkan pengamatan. Kosmologi mengajak kita untuk merenungkan keberadaan Pencipta dan atributnya pengetahuan, kekuatan dan keinginan. Kosmologi adalah keindahan dan bukti keberadaan Tuhan. Namun, manusia masih membutuhkan lebih banyak bukti. Ada pertanyaan spiritual dan etis yang tidak dapat disediakan oleh kosmologi saja. Ini sebabnya mengapa wahyu diperlukan. Mempercayai keberadaan yang ghaib al-ghaib dapat juga dilakukan dengan melihat alam sekitar kita, melihat bagaimana bunga kamboja membuka kelopaknya di pagi hari dan menutup lagi di malam hari. Bahkan, sebagai seorang anak yang dilahirkan, kita dapat menyimpulkan pasti ada mekanisme atau hokum yang tidak terlihat yang menyebabkan kita ada, meskipun kita bisa kita lihat. Bagi saya, adalah contoh sempurna dari tanda’ ayāt dan gagasan bahwa mereka mengilhami. Sebuah tanda’ desain cerdas, tentu saja, tetapi lebih halus sebuah tanda’ bahwa empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sifat hal-hal sebagaimana adanya. Al-Ghazali menjelaskan bahwa kita dapat melihat tanda-tanda kehadiran rahmat dan kasih sayang Allah SWT dari alam sekitar, salah satunya lewat lebah madu. bentuk segi enam atau hexagonal untuk sarang lebah madu merupakan buktu kehadiran rahmat Allah. Kehidupan lebah di dalam sarang serta pembuatan madu oleh mereka sangat menajubkan. Lebah melakukan banyak pekerjaan dengan baik melalui pengorganisasian yang luar biasa. Rancangan segi enam dari petak-petak sarang lebah memungkinkan penyimpanan madu dalam jumlah terbanyak dengan bahan baku pembuatan sarang yakni lilin. Walaupun populasi yang padat, lebar dapat melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi. Al-Ghazali menyebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 cetakan Darul Hadits pada bagian ’ ketakjubannya pada kemampuan lebah madu membuat rumah yang berbentuk segi enam. Lebah madu membangun sarangnya atas petunjuk Allah SWT, sebagaimana firman-Nya. Qs. An-Nahl 68-69. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu.” “Dari perut lebah itu ke luar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan” Inilah salah satu contoh bagaimana alam semesta dipelajari sebagai bukti adanya sang Pencipta. Al-Ghazali berangkat dari pengamatan empiris terhadap alam, namun fakta empiris yang didapatkan kemudian ditempatkan dalam kerangka cara pandang Islam. Mengaitkan fakta keistimewaan bentuk hexagonal sarang lebah madu dan penciptaan nyamuk dengan sifat Allah SWT sebagai zat yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Al-Ghazali menyebutkan di halaman lain dalam di kitab Ihya’. Orang yang memiliki bashirah akan meneliti setiap detail ciptaan Allah, sampai dia melihat seekor nyamuk sebagai contoh mempesona dari keajaiban ciptaan-Nya dan menakjubkan akal pikiran, selanjutnya meningkatkan keagungan dan kesempurnaan Tuhan pada dirinya dan menambah rasa cinta kepada-Nya. Maka setiap kali bertambah ketakjuban pada ciptaan Allah, bertambah pula rasa keagungan Allah dalam dirinya. Maka, kosmologi dan alam semesta sekitar adalah contoh sempurna dari tanda’ ayāt keberadaan Tuhan. Sebuah tanda’ desain cerdas, yang empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sebagaimana adanya. Rujukan Arif, Syamsuddin. 2014. Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10. 1. Kelas Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali, Ust. Syamsuddin Arif, At-Taqwa College William Lane Craig, Does God Exist? Al Ghazali's Argument, CBN, , diakses 15 Juli 2021 Doko, Enis. 2018. Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16. 1-13. Reichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of Philosophy Spring 2021 Edition, Edward N. Zalta ed., URL = . Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani Erasmus, Jacobus 2018. _The Kalām Cosmological Argument A Reassessment_. Cham Springer. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Islam antara Tradisi dan KontroversiSyamsuddin ArifArif, Syamsuddin. 2014. Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10. 1. Cosmological Argument and The Modern ScienceEnis DokoDoko, Enis. 2018. Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16. 1-13. Concepts of God in Islamic Kalam Theology by DrBruce ReichenbachReichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of Philosophy Spring 2021 Edition, Edward N. Zalta ed., URL = . Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani Kalām Cosmological Argument A ReassessmentJacobus ErasmusErasmus, Jacobus 2018. _The Kalām Cosmological Argument A Reassessment_. Cham Springer.
EnamPertanyaan Imam Al-Ghazali Kepada Muridnya. As-Syekh abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghozali adalah seorang tokoh besar dalam sejarah Islam. Imam Al-Ghozali mengajukan Enam pertanyaan pada saat berkumpul dengan murid-muridnya. SUATU hari, Imam Ghazali bertanya, pertama. “Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, dan kerabatnya. Imam Ghazali menjelaskan semua jawapan itu benar. “Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah mati”. Sebab itu sudah janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, Al-Imran185.” Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab negara, bulan, matahari, dan bintang-bintang. BACA JUGA Imam Al Ghazali Dunia dan Akhirat Tak Perlu Seimbang Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”. “Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak mampu kembali ke masa sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.” Lalu Imam Al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga, ”Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab, “Gunung, bumi, dan matahari.” “Semua jawapan itu benar,” kata Imam Ghazali. “Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah nafsu’.Al-A’raf 179.Maka kita harus menjaga hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.” Pertanyaan keempat adalah, ”Apakah yang paling berat di dunia ini?” Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. “Semua jawapan tersebut hampir benar,” kata Imam Ghazali, “tapi yang paling berat adalah memegang AMANAH, Al-Ahzab. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu memikul tanggungjawab setelah Allah meminta mereka untuk menjadi khalifah di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak mampu memegang amanahnya.” Pertanyaan yang kelima ditanya oleh Imam Al-Ghazali adalah,”Apa yang paling ringan di dunia ini?” BACA JUGA Ini 12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam Ghazali Ada yang menjawab, “Kapas, angin, debu, dan daun-daunan.” “Semua itu benar,” kata Imam Ghazali. “Tetapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan shalat.” Kemudian pertanyaan yang keenam dan terakhir ditanya oleh Al- Ghazali adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?” Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “Pedang…” “Benar,” kata Imam Al-Ghazali. “Tetapi yang paling tajam adalah lidah manusia”. Karena melalui lidah manusia ia bisa menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain.” []KhutbahJum'at: Enam Pertanyaan Imam Al Ghazali Kepada Muridnya. Khutbah ini saya sampaikan di Kedutaan Besar Republik Indoneseia (KBRI) Maroko Afrika. 08-03-2013. Pertema marilah bersyukur pada Allah SWT, tuhan yang telah memberikan makhluqnya nikmat yang begitu banyak, hingga akal manusia tak mampu untuk menghitung, walaupun berbagai alat
Imam Al-Ghazali mengilustrasikan pertanyaan yang diajukan oleh orang yang tidak tahu sebagai keterangan penyakit yang diajukan oleh pasien kepada dokter. Sedangkan jawabannya diumpamakan sebagai upaya dokter dalam menyembuhkan penyakit tersebut. Orang bodoh adalah pasien yang sakit. Sedangkan ulama adalah dokternya. Ulama yang kurang memenuhi syarat tidak layak menjadi dokter. Mereka yang layak mengobati penyakit kebodohan adalah ulama yang memenuhi syarat kesempurnaan al-alimul kamil karena ia dapat mengetahui hakikat penyakit. Ketika penyakit terlalu parah dan tidak mungkin dapat diobati, seorang dokter yang sangat ahli dan berpengalaman sekalipun kadang tidak berupaya mengobati penyakit pasien. Seorang ulama tidak selalu menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat karena kebodohan terbagi empat jenis kata Imam Al-Ghazali. واعلم أن مرض الجهل أربعة أقسام ثلاثة لاعلاج لها وواحد يمكن علاجه Artinya, “Ketahuilah, penyakit kebodohan ada empat jenis. Tiga di antaranya tidak dapat disembuhkan. Tetapi satu lainnya kemungkinan dapat disembuhkan,” Lihat Imam Al-Ghazali, Khulashatut Tashanif fit Tashawwuf pada Majmu’atu Rasa’ilil Imam Al-Ghazali, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah tanpa tahun] halaman 189. Pertama, pertanyaan atau keterangan pengantar yang bersumber dari hasad atau kedengkian. Hasad adalah penyakit yang hampir-hampir tidak dapat disembuhkan. Setiap kali pertanyaan ini dijawab dengan beragam penjelasan dan jawaban sebaik apapun, maka jawaban itu hanya menambah hasad orang yang bertanya. Hasad orang itu akan menambah kesombongan pasien. Al-Imam Al-Ghazali menyarankan kita untuk tidak menjawab pertanyaan jenis ini. Ia mengutip syair sebagai berikut كلُّ العداوة قد ترجى إزالتها إلا عداوة من عاداك من حسد Artinya, “Setiap permusuhan terkadang dapat diharapkan hilang padam kecuali permusuhan yang memusuhimu karena hasad,” Lihat Imam Al-Ghazali, Khulashatut Tashanif fit Tashawwuf 189. Al-Imam Al-Ghazali menyarankan kita untuk mengabaikan dan berpaling dari pertanyaan orang dengki sebagai bentuk pengamalan Surat An-Najm ayat 29. Penjelasan dan upaya penyembuhan ketidaktahuan seseorang yang dilatari kedengkian hanya akan menyalakan api kedengkiannya. Pasalnya, pertanyaan yang dilontarkan memang bukan diniatkan untuk mengobati ketidaktahuannya, tapi karena kedengkiannya. فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا Artinya, “Berpalinglah dari orang yang berpaling dari mengingat Kami; dan yang tidak menginginkan selain kehidupan dunia,” Surat An-Najm ayat 29. Kedua, penyakit yang bersumber dari kedunguan dan kebebalan al-hamaqah atau al-ahmaq. Penyakit ini hampir tidak dapat disembuhkan. Nabi Isa AS mengatakan, “Aku berdaya untuk menghidupkan orang mati. Tetapi aku tidak berdaya memperbaiki orang bebal.” Orang dungu atau bebal adalah orang yang mempelajari satu dua hari satu bab sebuah ilmu dan belum masuk sama sekali mempelajari ilmu aqli salah satunya ilmu kalam, ilmu tauhid, atau ilmu logika dan ngeyelnya setengah mati. Orang seperti ini dijelaskan juga tidak mau mengerti karena bawaan ilmu segenggam atau seujung kuku. Tetapi nahasnya dengan bekal ilmu sehari atau dua hari itu, ia mengajukan pertanyaan sejenis sanggahan atau penolakan kepada ulama yang menghabiskan usianya untuk mempelajari dan memperdalam berbagai ilmu pengetahuan yang serumpun. Orang dungu atau bebal tidak menyadari penolakan atau sanggahan seorang pelajar pemula kepada seorang alim guru besar bersumber dari kebodohan dan ketidaktahuan. Ia tidak menyadari kemampuan dirinya dan kapasitas keilmuan guru besar tersebut karena kedunguan dan kebebalannya. Oleh karena itu, kita disarankan untuk berpaling dan mengabaikan jawaban untuk orang seperti ini. Lihat Imam Al-Ghazali, Khulashatut Tashanif fit Tashawwuf 189. Pada kesempatan lain, Imam Al-Ghazali mengatakan, orang dungu atau bebal adalah orang yang menuntut sedikit kurang dari satu bab dari bagian ilmu sebentar atau instan zamanan qalilan baik ilmu aqli maupun ilmu syariat. Ia mencoba mengajukan pertanyaan kepada seorang ulama besar yang menghabiskan umurnya untuk ilmu aqli dan ilmu sya’ri. Tetapi konyolnya, ia menyangka bahwa sebuah materi pengetahuan yang problematik musykil menurutnya juga musykil menurut si alim besar. Lihat Imam Al-Ghazali, Ayyuhal Walad pada Majmu’atu Rasa’ilil Imam Al-Ghazali, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah tanpa tahun] halaman 283. Ketiga, penyakit orang yang melontarkan pertanyaan karena kelemahan daya pikir atau IQ rendah baladah atau balid. Orang ini meminta penjelasan atas ucapan ulama. Tetapi ia sebenarnya tidak memiliki kecakapan untuk memahami hakikat ucapan ulama karena keterbatasan daya pikirnya. Ia menanyakan pandangan-pandangan dan pokok pikiran ulama yang pelik, jelimet, rumit, abstrak, atau “tinggi” lagi-lagi karena keterbatasan daya jangkau pikirannya. Tetapi ia tidak menyadari kapasaitas daya pikirnya. Untuk orang ini, Imam Al-Ghazali menyarankan kita untuk mengabaikan pertanyaan mereka sesuai sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini نحن معاشر الأنبياء أمرنا بأن نكلم الناس على قدر عقولهم Artinya, “Kami para nabi diperintahkan untuk berbicara kepada umat manusia sesuai kapasitas daya pikir mereka.” Keempat, penyakit orang yang mencari petunjuk dan ia memiliki kecerdasan, kecakapan, dan kapasitas serta daya pikir yang bagus untuk menerima pelajaran. Ia tidak terpengaruh dan terbawa hanyut oleh marah, syahwat, hasad, kerakusan pada harta, dan nafsu gila kekuasaan. Ia adalah orang yang mencari jalan kebenaran. Ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak membingungkan. Pasien seperti ini, kata Al-Imam Al-Ghazali, dapat disembuhkan. Upaya pengobatan terhadap orang seperti ini layak bahkan wajib ditempuh. Wallahu a’lam. Alhafiz Kurniawan
PertanyaanKeenam: Imam Ghazali : "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? " Murid- Murid dengan serentak menjawab : "Pedang" Imam Ghazali : "Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Sepertibiasa pada Jumat pertama setiap bulan SMPN 1 Wonosari menggelar kegiatan jumat taqwa. Jumat taqwa bulan September 2018 ini di adakan di Masjid As Salam dan pemateri kali ini adalah Bpk Budi Aditya Wardana, S.Ag. Pada kesempatan kali ini Bapak Budi menyampaikan materi tentang 6 pertanyaan imam Al Ghazali kepada murid-muridnya.Jakarta - Imam Al Ghazali adalah ulama besar dalam sejarah Islam yang hafal banyak hadis Nabi. Saat bersama murid-muridnya, ia melontarkan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk bisa diambil pesan dalam buku Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, karangan Ghofur Al-Lathif. Suatu ketika Al Ghazali bertanya, "Apa yang paling berat di dunia?". Para santri menjawab, "Baja" "Besi" "Gajah". Kemudian ia menanggapi, "Semua itu benar, tetapi yang paling berat adalah memegang amanah". Perkataan Imam Ghazali merujuk pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab ayat عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙArab Latin Innā 'aradnal-amānata 'alas-samāwāti wal-arḍi wal-jibāli fa abaina ay yaḥmilnahā wa asyfaqna min-hā wa hamalahal-insān, innahụ kāna ẓalụman Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi mereka semua enggan untuk memikul amanat tersebut, sebab mereka khawatir tidak akan mampu melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia manusia sangat zalim lagi sangat SWT juga meminta kepada tumbuhan, binatang, dan malaikat untuk menjadi khalifah di dunia. Namun mereka enggan, dan manusia lah yang menyanggupi permintaan tersebut. Sehingga dari mereka banyak yang masuk neraka karena gagal memegang hari Imam Al Ghazali bertanya lagi kepada murid-muridnya. Ia bertanya "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab, "Kapas, angin, debu dan daun-daun".Imam Al Ghazali menanggapi, "Semua jawaban itu benar, namun yang paling ringan sekali di dunia ini adalah meninggalkan sholat. Karena pekerjaan dan urusan dunia, kita mudah meninggalkan sholat."Imam Ghazali kemudian mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabdaوَعَنْ جَابِرٍ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ، يَقُولُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ، تَرْكَ الصَّلاَةِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ .Artinya Dari Jabir RA, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan sholat." HR. Muslim.Kepada murid-muridnya Imam Al Ghazali bertanya lagi, "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?"."Pedang," jawab Imam Al Gazali menjelaskan, " Jawaban Itu benar, tetapi di dunia ini yang paling tajam sekali adalah lidah manusia. Sebab melalui lidah, manusia bisa mudah menyakiti hati dan perasaan saudaranya sendiri".Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, hadis no. 6474 dari Sahl bin Sa'id bahwa Rasulullah يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَArtinya "Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua janggut dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga".Hadis tersebut bermaksud bahwa apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sementara yang berada antara kakinya yakni kemaluan. Sehingga manusia dianjurkan untuk menjaga Video "Persiapan di Arafah Jelang Puncak Haji 2023" [GambasVideo 20detik] erd/erd BeliProduk Ghazali Al Hikmah Fi Berkualitas Dengan Harga Murah dari Berbagai Pelapak di Indonesia. Buku Hikam Al Ghazali : Al-Hikmah fi Makhluqat Allah - Imam Al-Ghazali. Rp50.000. 5 Terjual 1 Sleman. Cendolebooks. Hikam Al-Ghazali (Al Hikmah Fi Makhluqat Allah) Rp52.000. Yogyakarta. Musi Bookstore. BUKU HIKAM AL-GHAZALI - Al-Hikmah fi
SUATU hari, Imam Ghazali bertanya, pertama. “Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, dan kerabatnya. Imam Ghazali menjelaskan semua jawapan itu benar. “Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah mati”. Sebab itu sudah janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, Al-Imran185.” Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab negara, bulan, matahari, dan bintang-bintang. BACA JUGA Imam Al Ghazali Dunia dan Akhirat Tak Perlu Seimbang Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”. “Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak mampu kembali ke masa sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.” Foto Smithsonian Magazine Lalu Imam Al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga, ”Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab, “Gunung, bumi, dan matahari.” “Semua jawapan itu benar,” kata Imam Ghazali. “Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah nafsu’.Al-A’raf 179.Maka kita harus menjaga hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.” Pertanyaan keempat adalah, ”Apakah yang paling berat di dunia ini?” Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. “Semua jawapan tersebut hampir benar,” kata Imam Ghazali, “tapi yang paling berat adalah memegang AMANAH, Al-Ahzab. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu memikul tanggungjawab setelah Allah meminta mereka untuk menjadi khalifah di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak mampu memegang amanahnya.” Pertanyaan yang kelima ditanya oleh Imam Al-Ghazali adalah,”Apa yang paling ringan di dunia ini?” BACA JUGA Ini 12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam Ghazali Foto hanya ilustrasi dari Pinterest Ada yang menjawab, “Kapas, angin, debu, dan daun-daunan.” “Semua itu benar,” kata Imam Ghazali. “Tetapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan shalat.” Kemudian pertanyaan yang keenam dan terakhir ditanya oleh Al- Ghazali adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?” Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “Pedang…” “Benar,” kata Imam Al-Ghazali. “Tetapi yang paling tajam adalah lidah manusia”. Karena melalui lidah manusia ia bisa menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain.” [Sumber blogdemellizos]
n0tljc.