Al-Quran ditulis dalam lembaran kertas dan kemudian dinamakan Mushaf al-Quran. Penulisan al-Quran dalam mushaf, terdapat perbedaan dalam penulisan rasm nya. Dewasa ini, kesadaran umat muslim akan penggunaan mushaf Quran yang memakai Rasm khusus penulisan al-Quran (yang kemudian disebut Rasm Utsmani) terus meningkat.
Makalah Tentang Rasm Al Qur'an B. Pengertian Rasm Al-Qur'an Rasm al-Quran yang disebut juga rasm utsmani ialah penulisan al-Qur'an oleh para sahabat dengan kaidah khusus yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Arab. Kaidah ini teringkas dalam enam kaidah; Al–Hadzf membuang,menghilangkan, atau meniadakan huruf. Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ يَََآَ يها النا س . Al-Ziyadah penambahan, seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ بنوا اسرا ئيل dan menambah alif setelah hamzah marsumah hamzah yang terletak di atas lukisan wawu تالله تفتؤا. Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh ائذن . Badal penggantian, seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصلوة. Washal dan fashl penyambungan dan pemisahan,seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung كلما . Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,ملك يوم الدين . Ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif yakni dibaca dua alif, boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat yakni dibaca satu alif. C. Susunan Ayat Dan Surah Dalam Rasm Utsmani Dalam Al-Itqan, As-Suyuthi mengatakan bahwa berdasarkan Ijma dan nash-nash yang ada, susunan surat dan ayat dalam al-Qur'an adalah tawqifi. Ijma' tentang urutan ayat dan surat ini telah dinukil oleh sebagian besar ulama, diantaranya adalah Az-Zarkasyi dalam kitab "Al-Burhan", dan Abu Ja'far bin Zubair dalam kitab "Al-Munasabat". Sedangkan dari nash diantaranya adalah hadits riwayat Zaid bin Tsabit, ia berkata كنا نؤلفُ القرآن من الرِّقاع "Kami menulis al-quran dari riqa', yakni mengumpulkannya untuk menertibkannya" Dan banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan. Nama surat juga tawqifi. Dalilnya ialah hadits Muslim dari Abuh Hurairah ان البيت الذى تقرأ فيه البقرة لا يدخله شيطان "Sesungguhnya rumah yang dibacakan surat al-Baqarah tidak akan kemasukan syetan". HR. Muslim Ulama yang mengatakan bahwa urutan surah bukan tawqifi, tetapi hasil ijtihad para sahabat menggunakan dalil dari hadits riwayat Muslim dari Hudzaifah yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW dalam sebuah shalat pada rakaat pertama membaca surat An Nisa dan pada rakaat kedua membaca surat Ali Imran. Ini membuktikan bahwa urutan surat dalam al-Qur'an adalah hasil ijtihad para sahabat, seperti yang dikatakan al-Qadli 'Iyadl. D. Perbedaan Ulama Tentang Kedudukan Rasm Utsmani Mushaf-mushaf yang dikirim Utsman ke seluruh penjuru negeri yang disebut sebagai rasm utsmani, adalah mushaf yang wajib diikuti berdasar kesepakatan para ulama, meskipun kita tidak begitu mengerti apa hikmah dibalik perbedaan metode penulisan Rasm Utsmani dengan kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa Arab. Hukum wajib ini bukan tanpa alasan. Menurut sebagian ulama rasm utsmani telah disepaki oleh 12000 sahabat. Kesepakatan ini menjadikan sebuah kewajiban bagi kita untuk ittiba'. Rasulullah SAW memerintahkan kita berpegang teguh terhadap sunnah beliau dan sunnah-sunnah khulafa'ur rasyidin. Imam Al-Baihaqi dalam kitab haditsnya "Syu'bul Iman", mengatakan bahwa hendaknya kita membaca dan menulis Al-Qur'an sesuai dengan apa yang telah ditulis para sahabat. Karena mereka lebih banyak ilmunya, lebih benar hati dan lisannya, dan lebih besar amanahnya. Syeikh Abduraahman bin Al-Qadli al-Magrabi mengatakan bahwa hukum menulis al-Qur'an tidak sesuai dengan rasm utsmani adalah haram. Alasan yang dijadikan dalil memperbolehkan penulisan Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan rasm utsmani berupa ketidak mengertian kalangan awam atas rasm utsmani dan akan mengakibatkan mereka keliru dalam membaca al-Qur'an dan alasan-alasan yang lain, adalah alasan yang tidak dapat diterima karena ini bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh sebagian besar sahabat dan para ulama sesudahnya. Jika ditanya, mengapa kita tidak memakai mushaf Abu Bakar saja, padahal mushaf tersebut ada sebelum mushaf utsman? Jawabannya adalah bahwa mushaf Abu Bakar mengumpulkan ketujuh wajah qira'ah di mana di dalam penulisannya mengakibatkan adanya perbedaan antar satu qira'ah dengan qari'ah yang lain, untuk menghindari kerancuan. Lagi pula mushaf Abu Bakar telah sirna karena ikut tercuci saat Hafshah binti Umar ummul mukminin meninggal. Sedangkan mushaf utsman dinukil dari mushaf Abu Bakar yang hanya menuliskan satu qiraah yakni qiraah dengan dialek bahasa bangsa Quraisy. E. Rasm Utsmani Diantara Qira'ah-Qira'ah Yang Lain Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas, beliau berkata bahwa Rasulullah bersabda أقرأنى جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيد ويزيدني حتى انتهى إلى سبعة أحرف "Jibril membacakan kepadaku satu huruf bacaan al-Qur'an lalu saya mengikutinya. Tidak henti-hentinya saya memintanya mengulangi. Dan dia mengulanginya hingga sampai tujuh macam bacaan". HR. Bukhari. Hadits ini adalah dalil bahwa Al-Qur'an memang diturunkan dengan tujuh macam qira'ah. Ketujuhmacam qiraah tadi adalah shahih berdasar pengajaran Jibril kepada Rasulullah dan ketujuh macam qiraah tadi juga disampaikan semuanya kepada sahabat. Sebagaimana dijelaskan di atas mengikuti rasm utsmani adalah wajib. Hukum wajib ini akan bertentangan dengan status shahih dari qiraah yang lain dan bisa mengharamkan qiraah sahih dan mutawatir lain yang tidak sesuai dengan rasm utsmani. Syeikh Muhammad Ali Ad Dlibagh mengatakan bahwa, rasm utsmani adalah salah satu rukun dari rukun-rukun ketujuh qira'ah al-Qur'an, maka setiap qira'ah sama sekali tidak bertentangan dengan rasm utsmani. Beliau menambahkan bahwa ketika seseorang menulis al-Qur'an yang di dalamnya ada qiraah yang berbeda dan harus menggunakan tulisan yang berbeda pula, maka yang harus dilakukan menulisnya sesuai dengan rasm utsmani lalu memberinya harakat atau tanda-tanda lain, sehingga ia tidak dikatakan menyalahi mushaf utsmani. Sebab yang diharuskan mengikuti rasm utsmani ialah hanya bentuk penulisan. F. Pendapat Ulama Tentang Status Tawqifi Pada Rasm Utsmani Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Sebagian mereka berpendapat bahwa rasm utsmani adalah tauqifi, dan diajarkan oleh rasulullah SAW. Hal ini berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah membacakan ayat al-Quran di hadapan Zaid bin Tsabit untuk ditulis imla', seperti penulisan واخشوني dengan menggunakan ya' pada surat Al-Baqarah dan tanpa ya' dalam surat Al-Maidah. Contoh-contoh lain banyak di dalam al-Quran, yang semuanya disaksikan sekelompok besar sahabat. Semua dasar itu membuktikan rasm al-Qur'an adalah tawqifi bukan hasil hasil ijtihad para sahabat. Alasan lain adalah sudah ditulisnya al-Qur'an sejak zaman Rasulullah SAW, meski tidak terkumpul dalam satu tempat dan urutan surat yang belum ditertibkan. Pendapat yang mengatakan rasm utsmani bukan tauqifi melainkan hasil ijtihad sahabat memberikan alasan sebagai berikut Rasulullah adalah seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, meskipun ini merupakan mukjizat bagi beliau. Zaid bin Tsabit tidak akan berbeda pendapat dengan sahabat yang lain pada kalimah التابوت apakah ditulis dengan ta' atau ha' tak ta'nits, hingga akhirnya sampai ke telinga Utsman dan beliau memerintahkan menulisnya dengan ta'. Jika rasm utsmani tawqifi, maka tidak akan terjadi perbedaan diantara mushaf-mushaf yang beliau kirim ke berbagai daerah. Jika tawqifi, maka Imam Malik tidak akan memperbolehkan penulisan al-Qur'an untuk bahan pelajaran anak-anak yang tidak sesuai dengan rasm utsmani Meskipun para ulama ini mengatakan demikian, bukan berarti berika meremehkan para sahabat penulis al-Qura'n, menganggap mereka telah berbuat teledor atau menganggap mereka bodoh dan tidak paham akan kaidah-kaidah penulisan bahasa Arab, seperti yang didengungkan para orientalis atau kaum Syiah yang menganggap para sahabat penulis al-Qur'an telah berkhianat dengan melakukan tahrif dan taghyir pada al-Qur'an serta membuang banyak ayat al-Qur'an diantaranya adalah ayat yang menjelaskan keberhakan 'Ali bin Abi Thalib atas kursi khalifah sesudah Rasulullah SAW. Ingatlah Allah menjamin Al-Quran melalui firmanNya إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون "Sesunggunya kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami akan melindunginya". G. Usaha Ulama dalam menerjemahkan Gaya Penulisan Mushaf Banyak para ulama yang berusaha menerjemahkan gaya penulisan mushaf utsmani yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan arab yang baku. Banyak alasan-alasan dan hikmah-hikmah yang mereka kemukakan dibalik tulisan mushaf itu. Namun hal ini hanya sebagai penghibur dan pemanis, karena alasan-alasan dan hikmah itu diciptakan jauh sesudah para sahabat wafat, dimana mereka meninggalkan rasm yang tidak diketahui hikmahnya dan tidak dipahami petunjuknya, tanpa memandang alasan-alasan nahwiyah atau sharfiyah yang sudah tercipta. Diantara hikmah-hikmah itu ialah Pembuangan alif dalam بسم الله adalah untuk mempermudah dan meringankan, karena sering digunakan. Ada yang mengatakan bahwa karena alif dibuang maka sebagai petunjuk pembuangan alif, awal penulisan ba' dibuat panjang. Pembuangan wawu pada ayat يمح الله الباطل berfungsi sebagai petunjuk akan cepat hilangnya kebatilah. Penambahan ya' pada والسماء بنينها بإييد berfungsi untuk membedakan lafadz أيدي yang bermakna kekuatan dan yang bermakna tangan. Penambahan Alif pada لا اذبحنه berfungsi sebagai petunjuk bahwa penyembelihan tidak terjadi, seolah-olah لا dalam ayat itu adalah nafiyah. H. Penambahan Titik dan Harokat Titik dan harokat pada zaman sebelum Islam tidak dikenal, begitu pula saat munculnya rasm utsmani. Ketika agama Islam tersebar bukan hanya ke wilayah Arab saja, maka terjadi kesalahan dalam pembacaan al-Qur'an oleh orang-orang non Arab. Orang yang memprakarsai pertama kali penambahan harokat, titik, tanda waqaf dan tanda-tanda yang lain seperti yang kita kenal saat ini adalah Gubernur Mekah Al-Hajjaj Yusuf Ats Tsaqafi, gubernur dzalim pada zaman khalifah Abbasiyah Abdul Malik bin Marwan. Dialah yang telah membunuh banyak ulama dan sahabat dan menghancurkan Ka'bah.
A. Kesimpulan Rasm Mushaf al-qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-qur’an yang digunakan Utsman bin Affan danempat sahabat ketika menulis dan membukakanal- qur’an. Para ulama menyebut RasmAl-Mushaf dengan sebutan Rasm al-qur’an dan ada pula yang menyebutkan dengan Rasm Utsmani karena Khalifan Utsmanilah yang merestui dan mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani. Tulisan al-Quran Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra. Khalifah ke III. Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25H. oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.[16] Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi ketetapan langsung dari Rasulullah, mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab juru tulis wahyu yaitu Mu’awiyah tentang tatacara penulisan wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul Aziz al-Dibagh”, “bahwa tlisan yang terdapat pada Rasm Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh mu’jizat begitupula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja. Makalah yang kami buat untuk membahas tentang pengertian Rasm Al-Qur’an, dan tentang pendapat rasmul qur’an serta kaitannya dengan qiaraah. Untuk lebih jelasnya pada bab selanjutnya akan dibahas secara terperinci. Apa pengertian rasmul qur’an? Apa pendapat para ulama tentang rasmul qur’an? Bagaimana kaitanya rasmul qur’an dengan qiraah? Makalah ini dimaksudkan agar kita lebih mengerti tentang ilmu al qur’an, khususnya tentang ilmu rasmul qur’an. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya bagi diri kami sendiri. BAB II PEMBAHASAN I. Pengertian Rasmul Qur’an dari Berbagai Sumber Rasmul Al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan Ar-Rasm Al-Utsmani lil Mushaf penulisan mushaf Utsmani adalah Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuh oleh Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang di setujui oleh Utsman.[1] Rasmul al-Qur’an yaitu Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan oleh 4 sahabat yang dikepalai oleh Zaid bin Tsabit, dibantu tiga sahabat yaitu Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan yang dilatar belakangi oleh saran dari Umar bin Khattab kepada Abu Bakar, kemudian keduanya meminta kepada Zaid bin Tsabit selaku penulis wahyu pada zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk mengumpulkan menulis Al-Qur’an karena banyaknya para sahabat dan khususnya 700 penghafal Al-Qur’an syahid pada perang Yamamah.[2] Metode khusus dalam Al-Qur’an yang digunakan oleh 4 sahabat yaitu Zaid bin Tsabit, Ubay ibn Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan bersama disetujui oleh khalifah Utsman. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu 1. Al–Hadzf membuang,menghilangkan,atau meniadakan huruf. Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ يَََآَ يها النا س . 2. Al – Jiyadah penambahan, seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hokum jama’ بنوا اسرا ئيل dan menambah alif setelah hamzah marsumah hamzah yang terletak di atas lukisan wawu تالله تفتؤا. 3. Al – Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelunya, contoh ائذن . 4. Badal penggantian, seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصلوة. 5. Washal dan fashlpenyambungan dan pemisahan,seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung كلما . 6. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,ملك يوم الدين . Ayt ini boleh dibaca dengan menetapkan alifyakni dibaca dua alif, boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakatyakni dibaca satu alif. II. Pendapat Para Ulama Tentang Rasmul Qur’an. Para ulama telah berbeda pendapat mengenai status rasmul Al-Qur’an ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat mana mereka merujuk pada sebuah riwayat yang menginformasikan bahwa nabi pernah berpesan kepada mu’awiyah,salah seorang seketarisnya, “Ambillah tinta, tulislah huruf” dengan qalam pena, rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”, jangan merapatkan lubang huruf “miim”, tulis lafadz “Allah” yang baik, panjangkan lafadz “Ar-Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang indah kemudian letakkan qalam-mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat Engkau. Merekapun mengutip pernyataan Ibnu Mubarak “Tidak seujung rambutpun dari huruf Qur’ani yang ditulis oleh seorang sahabat Nabi atau lainnya. Rasm Qur’ani adalah tauqif dari Nabi yakni atas dasar petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW. Beliaulah yang menyuruh mereka para sahabat menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang kita kenal, termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya, untuk kepentingan rahasia yang tidak dapat dijangkau akal fikiran, yaitu rahasia yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci lainnya”. Sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui oleh ustman dan diterima umat,sehingga wajib diikuti dan di taati siapapun yang menulis alqur’an. Tidak yang boleh menyalahinnya, banyak ulama terkemuka yang menyatakan perlunya konsistensi menggunakan rasmul ustmani. Dengan demikian, kewajiban mengikuti pola penulisan Al Qur’an versi Mushaf Utsmani diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi tauqifi. Pola itu harus dipertahankan walaupun beberapa di antaranya menyalahi kaidah penulisan yang telah dibakukan. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam Malik berpendapat haram hukumnya menulis Al Qur’an menyalahi rasm Utsmani. Bagaimanpun, pola tersebut sudah merupakan kesepakatan ulama mayoritas jumhur ulama. Ulama yang tidak mengakui rasm Utsmani sebagai rasm tauqifi, berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola penulisan standar rasm imla’i. Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. Kalau pembaca lebih mudah dengan rasm imla’i, ia dapat menulisnya dengan pola tersebut, karena pola penulisan itu hanya simbol pembacaan, dan tidak mempengaruhi makna Al Qur’an. III. Kaitan Rusmul Qur’an Dengan Qira’at Secara etimologi Qiraat adalah jamak dari Qira’ah, yang berarti bacaan’, dan ia adalah masdar verbal noun dari Qara’a. Secara terminologi atau istilah ilmiyah Qiraat adalah salah satu Mazhab aliran pengucapan Qur’an yang dipilih oleh seorang imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab yang lainya. Qiraat ini ditetapkan berdasarkan sabad-sanadnya sampai kepada Rasulullah. Periode qurra’ ahli / imam qiraat yang mengajarkan bacaan Qur’an kepada orang-orang menurut cara mereka masing-masing adlah dengan berpedoman kepada masa para para sahabat yang terkenal yang mengajarkan qiraat ialah Ubai, Ali, Zaid bin Sabit, Ibn Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari dan lain-lain. Dari mereka itulah sebagian besar sahabat dan Tabi’in di berbagai negri belajar qira’at yang semuanya bersandar kepada Rasulullah.[3] Sahabat-sahabat nabi terdiri dari beberapa golongan. Tiap-tiap golongan itu mempunya lahjah bunyi suara / sebutan yang berlainan satu sama lain. Memaksa mereka menyebut pembacaan atau membunyikan al-Qur’an dengan lahjah yang tidak mereka biasakan, suatu hal menyukarkan. Maka untuk mewujudkan kemudahan, Allah Yang Maha Bijaksana menurunkan al-Qur’an dengan lahjah-lahjah yang biasa dipakai oleh golongan Quraisy dan oleh golongan-golongan yang lain di tanah Arab. Oleh karna itu menghasilkan bacaan al-Qur’an dalam berbagai rupa atau macam bunyi lahjah. Dan bunyi lahjah yang biasa ditanah Arab ada tujuh macam. Di samping itu ada beberapa lahjah lagi. Sahabt-sahabat nabi menerima al-Qur’an dari nabi menurut lahjah bahasa golonganya. Dan masing-masing mereka meriwayatkan al-Qur’an menurut lahjah mereka sendiri. Sesudah itu munculah segolongan ulama yang serius mendalami ilmu qira’at sehingga mereka menjadi pemuka qira’at yang dipegangi dan dipercayai. Oleh karena mereka semata-mata mendalami qira’at untuk mendakwahkan al-Qur’an pada umatnya sesuai dengan lahjah tadi. Kemudian muncullah qurra-qurra yang kian hari kian banyak. Maka ada diantara mereka yang mempunyai keteguhan tilawahnya, lagi masyhu, mempunyai riwayah dan dirayah dan ada diantara mereka yang hanya mempunyai sesuatu sifat saja dari sifat-sifat tersebut yang menimbulkan perselisihan yang banyak. Untuk menghindarkan umat dari kekeliruan para ulama berusaha menerangkan mana yang hak mana yang batil. Maka segala qira’at yang dapat disesuaikan dengan bahasa arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu mushaf Usmani serta sah pula sanadnya dipandang qira’at yang bebas masuk kedalam qira’at tujuh, maupun diterimanya dari imam yang sepuluh ataupun dari yang lain. Meskipun mushaf Utsmani tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang dijadikan pegangan bagi umat Islam diseluruh dunia dalam pembacaan Al-Qur’an, namun demikian masih terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan Al-Qur’an itu sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf yang hampir sama dan belum ada baris harakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an. Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat. Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Qur’ mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam non Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-tanda yang diperlukan untuk menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an dan memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut. BAB III PENUTUP 1. Rasmul qur’an atau rasmul ustmani adalah tata cara menuliskan Al-qur’an yang ditetapkan pada masa khalifah ustman bin affan dengan kaidah-kaidah tertentu. 2. Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi, tapi sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui ustman dan diterima umatnya,sehingga wajib wajib diikuti dan di taati siapa pun ketika menulis al-qur’an. Tidak boleh ada yang menyalahinya. 3. Hubungan antara rasmul qur’an dan qira’ah sangat erat sekali Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-qur’ yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an. Dari pemaparan kami di atas mungkin banyak kekeliruan atau kesalahan dalam penuliasan,oleh karna itu kami mohon kritik dan sarannya agar kami bisa belajar dan memperbaiki kesalahan kami. Atas kekurangannya kami mohon maaf. DAFTAR PUSTAKA Al-Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Al-Kautsar, Cetakan ketujuh, Februari 2012. Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta Bulan Bintang, Cetakan ketigabelas, Tahun 1990. Khalil, al-Qattan Manna, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta PT Pustaka Antar Nusa, Tahun 1994 . [1] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Al-Kautsar, Cetakan ketujuh, Februari 2012, halaman 150. [2] Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta Bulan Bintang, Cetakan ketigabelas, Tahun 1990, halaman 83-86. [3] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta PT Pustaka Antar Nusa, Tahun 1994, Cetakan kedua, halaman 247.
Manfaat atau faedah Rasmul Qur’an Penulisan Al-qur’an dengan mengikuti atau berpedoman kepada rasm Utsmani yang dilakukan pada masa Khalifah Utsman sangat berfaedah bagi umat Islam. a. Memelihara dan melestarikan penulisan al-qur’an sesuai dengan pola penulisan al-qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya. b. Related PapersPenulisan Al-Qur'an dengan aturan rasm Al-Qur'anBetapa pun awamnya seseorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya Islam ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian diikuti dengan al-Hadis/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang kematiannya, Nabi Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut al-Qur’an dan al Sunnah. Hal ini terungkap dalam sabdanya تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تُمْسِكْتُمْ بِهِمَا كِتَاب اللهِ وَسُنَّة نَبِيِّهِ رواه مالك Artinya Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian umat Islam dua hal. Kalian tidak akan pernah sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yakni Kitabullah al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya al-hadist. HR. Imam Malik. Ilmu tafsir bisa mendorong kita untuk mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an sedikit mendalam, serta mendorong kita untuk mengetahui hal-hal yang menunjang pemahaman al-Qur’an yang mulia ini, berupa usaha maksimal, kesungguhan yang optimal pembahasan mendalam. Kesemuanya itu harus dicurahkan dalam rangka studi al-Qur’an yang mulia. Betapa usaha para guru besar ternama dan Ulama yang terkenal, dimana mereka telah menghabiskan usia demi terjaminnya permikiran atas wahyu murni sebagai pedoman/undang-undang yang berharga, sejak awal diturunkannya al-Qur’an sampai saat ini. Mereka pulang ke rahmatullah dengan meninggalkan kekayaan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah untuk kita, yang sumbernya tak akan kering dan mutiaranya yang tak akan habis disepanjang masa. Namun, sekalipun dengan penuh kesungguhan telah mereka curahkan dari dahulu hingga sekarang, sungguh al-Qur’an tetap merupakan lautan yang dalam dimana memerlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk dapat mengambil mutiara dan permata dari al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah, selain sebagai pedoman kehidupan umat islam didalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dalam ber-agama seperti kaitannya dengan akidah, syariat, muamalah, kisah-kisah Nabi terdahulu dll. Tidak dapat dipungkiri kebenaran al-Qur'an adalah mutlak fii kulli zaman wal makan. Dalam perjalanannya bentuk al-Qur'an yang kita liat sekarang ini adalah hasil kerja keras para ulama terdahulu khususnya para Khulafaur Rasyidin. Khalifah yang menonjol dalam perbaikan mushaf al-Qur'an adalah khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan. Penyempurnaan bentuk tulisan al-Qur'an tujuannya tidak lain untuk menyatukan umat Islam dalam satu seragam, yaitu satu bentuk tulisan mushaf al-Qur'an yaitu Rasm Utsmani yang digunakan sampai sekarang ini. Rasm Utsmani adalah tata cara dalam penulisan al-Qur'an yang terdiri dari 4 orang panitia Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa'id ibn al-Ash, dan Abdurrahman ibn Harits dalam masa Khalifah Utsman bin Affan. Banyak ragam pendapat ulama tentang penulisan al-Qur'an terhadap Rasm Utsmani, mereka beralasan dengan diperkuat dalil masing-masing. Tetapi satu hal yang perlu kita garisbawahi, Rasm Utsmani telah memberikan dampak yang positif bagi umat Islam, diantaranya menyatukan umat Islam dalam satu penulisan al-Qur'an sehingga umat Islam lebih mudah membacanya. Dalam Rasm Utsmani terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan, aturan tersebut digunakan dalam penulisan al-Qur'an dengan Rasm Utsmani dan digunakan sampai sekarang ini, aturan tersebut antara lain hadzf, ziyadah, badal dll. Kata Kunci Rasm Utsmani, Sejarah dan Urgensi Rasm Utsmani, Pengaruh Rasm Utsmani Terhadap Umat aql quran hadis tidak akan membuatmu rugi, maka perbanyaklah waawasan keilmuan, dari mana pun sumber belajarnya, karena al quran adalah Kalamullah yang tidak ada khilafiyah di dalamnya, perbedaan tafsir semakin menggambarkan betapa terbatasnya pengentahuna manusia sebagai makhluk Fana ... Begitu pun dengan Hadis ... mari kita jaga akhlak kita dalam menerima sumber ilmu sbg wawasan masa depan anak-anak kita ... aamiin yaa Robbal aalamiins Rasmul Quran is one part of the Qu'ran disciplines in which there learn about the writing of manuscripts of the Qur'an is done in a special way, both in the writing-pronunciation pronunciation and letter forms are used. Rasmul Qur'an also known as Ottoman Rasm. Koran Ottoman writing is writing attributed to Uthman ra. Khalifah to III. The term appears after the completion of the copy of the Koran made by a team formed by Ustman in 25H. By the Ulama way of writing is usually termed the "Rasmul Ottoman". Which is then attributed to the Commander of the Faithful Ustman ra. Scholars disagree on this writing, among them there were found the article to be taufiqi direct provision of the Prophet, they are based on a history which states that the Prophet explained to one kuttab scribe revelation that Mu'awiya on the procedure for the writing of revelation , Among scholars cling to this opinion is Ibn al-Mubarak in his book "al-Ibriz" which narrates the words of his teacher 'Abdul' Aziz al-Dibagh ", that writing contained in Ottoman Rasm all have a stake, like it is known that al-The Qur'an is a miracle so did his merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup kenabian dan penyempurna kitab-kitab agama samawi yang diturunkan sebelumnya. Posisinya sangat fundamental dalam kehidupan seorang muslim karena seluruh doktrin ke-Islaman yang diajarkan berasal darinya dan kepercayaan penuh kepadanya merupakan salah satu syarat keimanan. Karena itu jaminan atas orisinalitas dan validitas Al-Qur’an merupakan suatu keniscayaan. Dengan sebab itulah umat Islam sejak era pertama kemunculannya hingga periode modern ini berupaya untuk menjaga teks Al-Qur’an dari segala bentuk perubahan dengan cara tulisan Al-Hifdzu fi As-Shutuur dan hafalan Al-Hifdzu fi As-Shuduur. Dimulai dari masa kenabian dengan menulis dan menghafal Al-Qur’an. Lalu masa khulafaur rasyidin dengan pembukuan, kodifikasi, dan pemberian titik Nuqath Al-I’jam. Lalu pada masa setelahnya lahirlah berbagai disiplin ilmu seperti ilmu qiraat, tajwid, nuqath, rasm, dan lain sebagainya. Yang mana keseluruhannya dapat menjadi pembuktian atas orisinalitas teks dan validitas isinya. Dan pada era modern ini berdirilah lembaga-lembaga pusat studi Al-Qur’an dan penerbitan Al-Qur’an yang juga memberi andil dalam menjaga teks dan isi Al-Qur’an serta menjawab serangan-serangan dari kalangan orientalis terhadap orisinalitas dan validitas Al-Qur’ Pada prinsipnya, proses kodifikasi Al-Qur"an berbeda dengan kanonisasi Alkitab, yang perbedaan tersebut tidak saja menyangkut tentang kepenulisannya, melainkan tentang metode yang digunakannya pula. Proses kepenulisan Al-Qur"an telah disaksikan dan disetujui secara serempak oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, namun hal demikian, tidak terjadi dan dialami oleh Alkitab. MakalahUlumul Quran : Rasm Al-Quran hal [4] menyatakan bahwa, tidak seujung rambutpun huruf Al-Qur`an yang ditulis atas kehendak seorang sahabat nabi atau yang lainnya.Rasmul Qur`an adalah tauqifi dari nabi Muhammad saw, yakni atas dasar petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah saw. sahabat sejuta warna kali in admin postingkan materi ulumul quran mengenai rasm al quran atau rasmil quran silahkan simak dibawah iniRasm Al-Qur’an Pengertian Rasm Al-Qur’an terdiri dari dua kata rasm dan Al-Qur’an. Rasm berasal dari kata rasama-yarsamu yang artinya menggambar atau melukis. Istilah rasm dalam ulumul Quran diartikan sebagai pola penulisan yang digunakan oleh Usman Bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Menurut kamaluddin Marzuki dalam Siti Chodijah 201345 ilmu Rasmul Al-Qur’an yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya. Rasm dapat dibagi kedalam 3 macam 1. Rasm Imla, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan bahasa. 2. Rasm Arudli, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan untuk menulis syair dan semisalnya yang umumnya sesuai dengan bunyi yang diucapkan. 3. Rasm Al-Qur’an, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam istilah al-Shibaghi 1990125, istilah lain yang digunakan untuk rasm Al-Qur’an adalah al-Imla’i al-Utsmani, tetapi pola penulisan Al-Qur’an lebih dikenal dengan rasm Utsmani. Ulama Tentang Rasm Utsmani Pada masa khalifah Utsman bin Affan umat islam telah tersebar ke berbagai penjuru dunia sehingga pemeluk agama islam bukan hanya orang-orang arab saja. Kemudian, seorang sahabat bernama Khuzaifah mengajukan kepada khalifah Utsman bin Affan untuk menulis mushaf yang dapat diterima oleh semua pihak seluruh umat muslim. Maka dibentuklah tim khusus untuk menulis mushaf al-Qur’an sebagai yang diharapkan. Tim itu diketuai oleh Zaid bin Tsabit dan para anggotanya, Abdullah bin Zubair, Abdul Rohman bin Harits bin Hisyam dan Asy’at. Mereka menulis al-Qur’an dengan berpedoman pada mushaf yang terdapat pada Khafsoh serta hafalan para sahabat. Dalam bukunya al-Shibaghi 1990132-136 perbedaan tersebut dapat dibagi dalam tiga pendapat. 1. Pendapat pertama. Rasm Al-Qur’an bersifat tauqifi dam wajib diikuti oleh siapa saja yang menulis Al-Quran, semisal yang dikemukakan oleh Ahmad ibn Hanbal. Pendapat ini merujuk kepada QS. Yunus 64, Allah SWT berfirman, “ ... Tidak ada perubahan bagi kalimat – kalimat Allah. Yang demikian itu adalalah kemenangan yang besar.” 2. Pendapat kedua. Rasm Al-Qur’an tidak bersifat tauqifi tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui utsman, disepakati para sahabat, dan diterima ummat, tetapi wajib diikuti dan ditaati oleh siapa saja yang menulis Al-Qur’an, semisal yang dikemukakan abu bakar al-baqilani. Pendapat ini beralasan a. Ijma sahabat. Diperkirakan bahwa penulisan ini disepakati sekitar 12 ribu sahabat Syarsyal, tt 224 b. Menyalahi penulisan rasm Al-Qur’an berakibat pada hilangnya sejumlah qira’at mutawatir. 3. Pendapat ketiga. Rasm Al-qur’an tidak bersifat tauqifi dan tidak ada halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat untuk menggunakan cara tertentu yang berlainan dengan rasm Al-Qur’an utsmani , semisal yang dikemukakan al-izz ibn abd-salam. Kaidah-kaidah Rasm al-Qur’an Sebaiamna dikemukakan diatas, bahwa ras, terbagi kedalam tiga macam, maka masing-masing rasm memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya adapun untuk rasm al-Qur’an beberapa perbedaan dapat ditelusuri melalui rasm al-Qur’an, dalam bukunya al-shuyuti 2008 744-752, kaidah-kaidah tersebut dibagi kedalam tujuh kaidah sebagai berikut 1. Adanya penambahan huruf Adanya penambahan huruf dibagi kedalam tiga macam yaitu alif, wau, dan ya. Contohnya penambahan alif terdapat pada firman Allah Al-Baqarah 259 “...maka Allah mamtikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali...” Penambahan wau terdapat pada Firman Allah Al-Baqarah 16 “mereka itulah olah membeli kesestan dengan petunjuk...” Penambahan ya terdapat pada firman Allah Al- Dzariat 47 “Dan langit itu kami bangun dengan tangan kekuasaan kami” 2. Adanya pengurangan atau peniadaaan huruf Adanya pengurangn huruf dibagi mejadi empat bagian yaitu ; alif, waw, ya dan lam. Contoh pengurangan atau peniadaan alif terdapat pada fiman Allah Al-Fatihah 1 “Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.” Pengurangan atau peniadaan waw terdapat pada firman Allah At-Taubah 19 “...mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim.” Pengurangan atau peniadaan ya terdapat pada firman Allah Al-Baqarah 173 “barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas maka tidak ada dosa baginya.” Pengurangan atau peniadaan lam terdapat pada firman Allah Al-Baqarah 17 “ Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api...” 3. Adanya penggantian huruf Adanya penggatian huruf dibagi menjadi 4, yaitu a. penggatian Alif dengan Wau pada firman Allah Al-Baqarah 43 “Dan dirikanlah, tunaikanlah dan ruku’ lah beserta dengan orang-orang yang ruku’.” b. Penggantian Alif dengan Ya. Seperti dalam firman Allah Swt dalam Al-Baqarah 28 “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu...” c. Penggantian Nun taukiddengan Alif. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Alaq 15 “Ketahuilah,sungguh jika ia tidak berhenti berbuat demikian niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya...” d. Penggantian Ta Marbuthah dengan Ta Ta’nits. Seperti firman Allah Swt dalam Ali Imran 35 “Ingatlah, ketika istri Imran berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat...” 4. Adanya penggabungan kata. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Qiyamah 3, “Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya?” 5. Adanya pemisahan kata. Seperti firman Allah Swt dalam Luqman 30, “Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil...” 6. Penulisan hamzah. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Nahl 43, “...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” 7. Penulisan kata yang bisa dibaca dengan dua bacaan. Seperti firman Allah Swt dalam Al-Baqarah 9 “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman...” Rasm Al-Qur’an Istilah Rasm Utsmani lahir bersama dengan lahirnya mushaf Utsman. Mushaf yang ditulis oleh “panitia empat” yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Alsh dan Abd al-Rahman bin al-Harits. Cara-cara penulisan yang ditetapkan ke berbagai pelosok dunia islam. Bahkan al-Qur’an yang diterbitkan secara resmi oleh Republik Islam Iran yang bermadzhab Syi’ah pun menggunakan mushaf ini. Popularitas mushaf Utsmani sampai pada tingkat melahirkan suatu keyakinan bahwa tata cara menulis mushaf ini sebagai tauqifiy yang bukan produk budaya manusia, melainkan sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu Allah yang Nabi pun tak punya otoritas untuk menyayangkannya. Rasm Al-Qur’an dalam Memahami Al-Qur’an Menulis al-Qur’an dengan mengikuti kaidah rasm al-Qur’an Utsmani berperan penting dalam memahami al-Qur’an. Karena rasm al-Qur’an dimungkinkan melahirkan berbagai pemahaman tertentu, yang didasarkan pada dua alasan 1. Penulisan kata yang tidak seperti biasanya, umumnya terjadi pada kata-kata khusus yang mendiskusikan sesuatu yang khusus ini bisa dimungkinkan penambahan huruf bisa berarti penambahan makna dan penekanannya, pengurangan huruf bisa berarti penyusutan makna dan penenkanannya, dan demikian juga dengan penggantian huruf, penggabungan dan pemisahan kata, penulisan hamzah, dan penulisan kata yang bisa dibaca dengna dua bacaan. 2. Penulisan kata yang tidak seperti biasanya, yang berarti keharusan ,mengikuti rasm karena dalam penulisan tersebut terdapat rahasia qira’at yang berbeda yang tertampung dalam satu kotak. Sebagian ulama membedakan kata bismillah dengan billah. Adanya kata ism dalam bismillah adalah pembeda, bahwa yang dimaksud adalah keinginan untuk menambahkan berkah dari Allah SWT. Sedangkan kata billah menjadikan kata tersebut bisa dipahami dua sebagai sumpah dan bisa juga sebagai keinginan untuk mendapatkan berkah. al-Shabuni dalam Heri Khoeruddin 2016107. Demikianlah yang saya bagikan mengenai rasm quran semoga bermanfaat. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul Rasm Al-Qur’an tepat waktu. Makalah Rasm Al-Qur’an disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Ulumul Quran. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang materi yang kami sampaikan.
100% found this document useful 2 votes2K views10 pagesOriginal TitleMakalah Rasm Al-Qur'an Aminah.docxCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes2K views10 pagesMakalah Rasm Al-Qur'an AminahOriginal TitleMakalah Rasm Al-Qur'an Aminah.docxJump to Page You are on page 1of 10 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 9 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Mufassir dalam upayanya memahami ayat al-Qur’an menggunakan sumber-sumber riwayat dan ra’yu. Diantaranya adalah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan sunnah, al-Qur’an dengan qaul sahabat, al-Qur’an dengan qaul tabi’in, dengan lughah arab, dan qira’at adalah salah satu sumber yang digunakan mufassir dalam memahami kandungan al-Qur’an. [1] Sehingga menjadi
Uploaded byAffection Fahrul 0% found this document useful 0 votes8 views11 pagesDescriptionBismillahCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes8 views11 pagesMAKALAH Rasm QuranUploaded byAffection Fahrul DescriptionBismillahFull descriptionJump to Page You are on page 1of 11Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 6 to 10 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. AlQur'an sebagai sabda Tuhan bukan sifat, tetapi perbuatan yang diciptakan Tuhan dan tidak bersifat kekal.pendapat ini diterima Al-Maturidi, hanya saja Al-Maturidi lebih suka menggunakan istilah hadiys sebagai pengganti mahluk untuk sebutan Al-Qur'an. Dalam konteks ini, pendapat Al-Asy'ari juga memiliki kesamaan dengan pendapat Al-Maturidi, karena yang dimaksud Al-Asy'ari dengan sabda adalah makna abtraktidak lain dari kalam nafsi menurut Al-Maturidi dan itu memang sifat kekal Tuhan.
0% found this document useful 0 votes1K views8 pagesDescriptionmakalah mata kulyah Rasmul Qur'anCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes1K views8 pagesMakalah Rasm Al-Qur'AnJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
perdana Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia pada 1983. Dalam frame ini. tertulis “Mushaf Standar hasil penelitian Badan Litbang Agama dan. Musyawarah Ahli Al-Qur`an dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik. Indonesia tahun 1403 H/1983 M.”2. 2. Mushaf Standar didefinisikan sebagai “Mushaf Alquran yang dibakukan cara.
0% found this document useful 0 votes1 views10 pagesOriginal TitleMakalah Rasm al-Qur'anCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes1 views10 pagesMakalah Rasm Al-Qur'anOriginal TitleMakalah Rasm al-Qur'anJump to Page You are on page 1of 10 BAB Belakang Upaya pemeliharaan al-Qur’an pada masa Nabi SAW mulaidilakukan, baik secara hafalan seperti yang dilakukan oleh Nabi sendiri dandiikuti juga para sahabatnya, maupun secara penulisan yang dilakukan oleh para sahabat pilihan atas perintah Nabi Muhammad SAW. Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu al-Qur’anyang mempelajari penulisan Mushaf al-Qur’an yang dilakukan dengan carakhusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasmul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmanlil Mushaf penulisan mushaf Utsmani adalah Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuh oleh Zaid bin Tsabit bersama tigaorang Quraisy yang di setujui oleh Utsman Affan. Hal ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran meluasnya perbedaan pendapat antara kaum muslim tentang penulisan dan bacaan Al-Qur’anyang benar. Terutama setelah wilayah khilafah islamiyah semakin meluas keutara. Umat islam pada masa itu mengikuti qiraah sahabat yang berbeda- beda. Perbedaan Qiraah menjadi permasalahan bagi sebagian umat islamyang tidak mengerti dan tahu bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam beberapaversi Qira’ah. Kekhawatiran Utsman dapat terbaca jelas dalam pidatonya “Anda Semua yng dekat denganku berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang bertempat jauh denganku, mereka pasti lebih jauh berbeda lagi” Riwayat Daud.Khalifah Usman bin Affan memerintahkan untuk membuat sebuahmushaf Al-Imam, dan membakar semua mushaf selain mushaf pada zaman Usman bin Affan kekuasaaan Islam telah tersebar meliputi daerah-daerah selain Arab yang memiliki sosio kultur yang Anshori, Ulumul Qur’an Jakarta Cetakan ke-1, 2013, 81. Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an Jakarta Pustaka Al-Kautsar, Cetakan ketujuh, 2012, 150. berbeda. Hal ini menyebabkan percampuran kultur antar daerah. Sehinggaditakutkan budaya arab murni termasuk di dalamnya lahjah dan cara bacaanmenjadi rusak atau bahkan hilang tergilas budaya dari daerah yang paling ditakutkan adalah rusaknya budaya orang arab akanmenyebabkan banyak perbedaan dalam membaca Al-Qur’ adalah tulisan yang dinisbatkan kepada Sayyidina Istilah ini muncul setelah selesainya penyalinan al-Quran yangdilakukan oleh tim yang dibentuk Ustman pada tahun 25 Hijriyah. ParaUlama Mengistilahkan cara penulisan ini dengan “Rasmul Utsmani’. Yangkemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ulama yang berbeda pendapat tentang penulisan ini, ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi ketetapan langsung dariRasulullah , mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwaRasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab juru tulis wahyu yaituMu’awiyah tentang tata cara penulisan wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnu al-Mubarak dalam kitabnya“al-Ibriz” yang mengutip perkataan gurunya “ Abdul Aziz al-Dibagh” ,“bahwa tulisan yang terdapat pada Rasm Utsmani semuanya memilikirahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalah mu’jizat begitu pula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, RasmulUstmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tata cara penulisan al-Quran saja. B. Rumusan Masalah pengertian dan sejarah Rasm Al-Qur’an? Hukum dan Kedudukan Rasm Al-Qur’an? saja kekeliruan dalam penulisan? susunan Ayat dan Surat Rasm utsmani? BAB II Manna’ Khalil al-Quttan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an Bogor, PT Pustaka Litera Antarnusa Cetakan Ke-18, 2013,213. Ibid,. 214. PEMBAHASANA. Pengertian dan Sejarah Rasm Al-Qur’an Rasm berasal dari kata  سر  مُ  سي  َمَ  سَر , artinya menggambar atau melukis. Kata rasm ini juga biasa diartikan sebagai sesuatu yangresmi atau menurut aturan. Jadi Rasmil Qur’an berarti tulisan atau penulisan Al-Qur’an yang mempunyai metode-metode tertentu . Rasm Al-Qur’an atau Ar-Rasm Al-Utsmani lil Mushaf penulisan mushaf Utsmaniadalah Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuholeh Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang di setujui olehUtsman. Rasmul al-Qur’an yaitu Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan oleh 4sahabat yang dikepalai oleh Zaid bin Tsabit, dibantu tiga sahabat yaitu Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan yang dilatar belakangioleh saran dari Umar bin Khattab kepada Abu Bakar, kemudian keduanyameminta kepada Zaid bin Tsabit selaku penulis wahyu pada zamanRasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk mengumpulkan menulis Al-Qur’an karena banyaknya para sahabat dan khususnya 700 penghafal Al-Qur’an syahid pada perang Yamamah. Metode khusus dalam Al-Qur’an yang digunakan oleh 4 sahabat yaituZaid bin Tsabit, Ubay ibn Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan bersama disetujui oleh khalifah Utsman. Istilah rasmul Qur’an diartikansebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dansahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitumushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin zubair,Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an Jakarta Pustaka Al-Kautsar, Cetakan ketujuh, Februari 2012, 150. Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir Jakarta Bulan Bintang, Cetakan ketigabelas, Tahun 1990, 83-86. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Rasmul Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin zubair, Said bin
Related PapersBetapa pun awamnya seseorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya Islam ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian diikuti dengan al-Hadis/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang kematiannya, Nabi Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut al-Qur’an dan al Sunnah. Hal ini terungkap dalam sabdanya تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تُمْسِكْتُمْ بِهِمَا كِتَاب اللهِ وَسُنَّة نَبِيِّهِ رواه مالك Artinya Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian umat Islam dua hal. Kalian tidak akan pernah sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yakni Kitabullah al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya al-hadist. HR. Imam Malik. Ilmu tafsir bisa mendorong kita untuk mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an sedikit mendalam, serta mendorong kita untuk mengetahui hal-hal yang menunjang pemahaman al-Qur’an yang mulia ini, berupa usaha maksimal, kesungguhan yang optimal pembahasan mendalam. Kesemuanya itu harus dicurahkan dalam rangka studi al-Qur’an yang mulia. Betapa usaha para guru besar ternama dan Ulama yang terkenal, dimana mereka telah menghabiskan usia demi terjaminnya permikiran atas wahyu murni sebagai pedoman/undang-undang yang berharga, sejak awal diturunkannya al-Qur’an sampai saat ini. Mereka pulang ke rahmatullah dengan meninggalkan kekayaan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah untuk kita, yang sumbernya tak akan kering dan mutiaranya yang tak akan habis disepanjang masa. Namun, sekalipun dengan penuh kesungguhan telah mereka curahkan dari dahulu hingga sekarang, sungguh al-Qur’an tetap merupakan lautan yang dalam dimana memerlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk dapat mengambil mutiara dan permata dari Rasmul Quran is one part of the Qu'ran disciplines in which there learn about the writing of manuscripts of the Qur'an is done in a special way, both in the writing-pronunciation pronunciation and letter forms are used. Rasmul Qur'an also known as Ottoman Rasm. Koran Ottoman writing is writing attributed to Uthman ra. Khalifah to III. The term appears after the completion of the copy of the Koran made by a team formed by Ustman in 25H. By the Ulama way of writing is usually termed the "Rasmul Ottoman". Which is then attributed to the Commander of the Faithful Ustman ra. Scholars disagree on this writing, among them there were found the article to be taufiqi direct provision of the Prophet, they are based on a history which states that the Prophet explained to one kuttab scribe revelation that Mu'awiya on the procedure for the writing of revelation , Among scholars cling to this opinion is Ibn al-Mubarak in his book "al-Ibriz" which narrates the words of his teacher 'Abdul' Aziz al-Dibagh ", that writing contained in Ottoman Rasm all have a stake, like it is known that al-The Qur'an is a miracle so did his al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah, selain sebagai pedoman kehidupan umat islam didalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dalam ber-agama seperti kaitannya dengan akidah, syariat, muamalah, kisah-kisah Nabi terdahulu dll. Tidak dapat dipungkiri kebenaran al-Qur'an adalah mutlak fii kulli zaman wal makan. Dalam perjalanannya bentuk al-Qur'an yang kita liat sekarang ini adalah hasil kerja keras para ulama terdahulu khususnya para Khulafaur Rasyidin. Khalifah yang menonjol dalam perbaikan mushaf al-Qur'an adalah khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan. Penyempurnaan bentuk tulisan al-Qur'an tujuannya tidak lain untuk menyatukan umat Islam dalam satu seragam, yaitu satu bentuk tulisan mushaf al-Qur'an yaitu Rasm Utsmani yang digunakan sampai sekarang ini. Rasm Utsmani adalah tata cara dalam penulisan al-Qur'an yang terdiri dari 4 orang panitia Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa'id ibn al-Ash, dan Abdurrahman ibn Harits dalam masa Khalifah Utsman bin Affan. Banyak ragam pendapat ulama tentang penulisan al-Qur'an terhadap Rasm Utsmani, mereka beralasan dengan diperkuat dalil masing-masing. Tetapi satu hal yang perlu kita garisbawahi, Rasm Utsmani telah memberikan dampak yang positif bagi umat Islam, diantaranya menyatukan umat Islam dalam satu penulisan al-Qur'an sehingga umat Islam lebih mudah membacanya. Dalam Rasm Utsmani terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan, aturan tersebut digunakan dalam penulisan al-Qur'an dengan Rasm Utsmani dan digunakan sampai sekarang ini, aturan tersebut antara lain hadzf, ziyadah, badal dll. Kata Kunci Rasm Utsmani, Sejarah dan Urgensi Rasm Utsmani, Pengaruh Rasm Utsmani Terhadap Umat aql quran hadis tidak akan membuatmu rugi, maka perbanyaklah waawasan keilmuan, dari mana pun sumber belajarnya, karena al quran adalah Kalamullah yang tidak ada khilafiyah di dalamnya, perbedaan tafsir semakin menggambarkan betapa terbatasnya pengentahuna manusia sebagai makhluk Fana ... Begitu pun dengan Hadis ... mari kita jaga akhlak kita dalam menerima sumber ilmu sbg wawasan masa depan anak-anak kita ... aamiin yaa Robbal aalamiinPendahuluan Pada prinsipnya, proses kodifikasi Al-Qur"an berbeda dengan kanonisasi Alkitab, yang perbedaan tersebut tidak saja menyangkut tentang kepenulisannya, melainkan tentang metode yang digunakannya pula. Proses kepenulisan Al-Qur"an telah disaksikan dan disetujui secara serempak oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, namun hal demikian, tidak terjadi dan dialami oleh Alkitab.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560 Telp: (021) 8416468 - 8416466 Faks: (021) 8416468 Web: lajnah.kemenag.go.id A. Kesimpulan Penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an terbagi menjadi tiga periode, pada masa nabi Muhammad Al-Qur’an lebih banyak dihafal dan ditulis dengan alat yang sangat sederhana, pada masa Abu Bakar Al-Qur`an dikumpulkan dalam satu mushaf yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit sebagai ketua, pengumpulan Al-Qur`an pada masa khalifah ketiga Kaidah ini diberlakukan baik pada hamzah yang berada di. tengah maupun di akhir kalimah. Kaidah Kedua ini meliputi hal sebagai berikut: 1. Berbaris fathah di tengah kalimah, terletak sesudah huruf mati, contohnya : - َ‫ يَسئَلُو نَك‬: sebelum hamzah, huruf sahih mati. Rasm hamzahnya tanpa bentuk. STANDARISASI BACAAN AL-QUR’AN Disusun oleh: TAHANIL FAWAID NIM 10120040 Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 UYIMtI.